Teras Rasa

Pertanian Berkelanjutan, Bioteknologi dan Kedaulatan Sumber Daya Pangan #1

Bangsa yang besar adalah bangsa yang mandiri dalam penyediaan pangan. Pangan merupakan kebutuhan dasar yang harus terpenuhi agar manusia dapat mengaktualisasikan dirinya sehingga bisa berkarya untuk kemajuan bangsanya. Ketersediaan pangan bertumpu pada sektor pertanian baik tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan.

Jawa Timur merupakan provinsi penyangga Indonesia, baik sebagai kawasan industri, maupun kawasan agro. Titik dilema muncul karena keduanya saling bertolak belakang. Perluasan kawasan industri akan mempersempit kawasan agro sehingga butuh solusi kreatif untuk meningkat produk agro baik produk dari pertanian maupun peternakan. Keduanya harus saling bersinergi kuat agar dapat saling meningkatkan produktivitas. Sebaran pertanian di Jawa Timur didominasi oleh tanaman padi, bahkan ada beberapa kawasan yang mampu memanen hasilnya dua kali dalam satu tahun. Selain bulir padi, ada hasil samping dari padi yang selama ini cenderung terabaikan yaitu batang dan daun padi.

Data dari Badan Pusat Statistik menyebutkan bahwa pada tahun 2022 luas panen padi Indonesia mencapai sekitar 10,61 juta hektar. Produksi padi tahun 2020 diperkirakan sebesar 54,42 juta ton Gabah Kering Giling (GKG) dan sekitar 31,54 juta ton beras dihasilkan untuk konsumsi pangan sehingga dapat disimpulkan bahwa banyak sekali bagian lain dari padi yang belum dimanfaatkan. Rata-rata perbandingan gabah dengan jerami padi adalah 1: 1,25 (Oladosu, dkk., 2016). Saat ini kecil jerami dimanfaatkan sebagai pupuk kompos dan pakan ternak, sedangkan sebagian besar sisanya hanya dibuang atau dibakar.

Pembakaran limbah pertanian yang dilakukan secara terbuka mengakibatkan pencemaran lingkungan. Kontribusi black carbon yang dihasilkan dari pembakaran terbuka terhadap pemanasan global diprediksikan sebesar 12-21% (Andikaningrum dkk., 2022). Pemanasan global merupakan permasalahan krusial yang saat ini sedang dihadapi. Bukti nyata yang bisa dirasakan saat ini adalah peningkatan suhu sehingga udara di daerah dataran tinggi yang dingin sekarang tidak sesejuk dulu, kebakaran hutan, cuaca yang tidak menentu dan ekstrim, serta berkurangnya sumber air. Penyediaan bahan pangan beras melalu pertanian padi harus tetap memperhatikan kelestarian lingkungan sehingga tidak menimbulkan permasalahan baru.

Upaya pemanfaatan jerami padi sebagai pupuk perlu ditingkatkan karena ketersediaan pupuk merupakan salah satu permasalahan krusial yang dihadapi oleh petani. Jerami padi tersusun atas makromolekul kompleks seperti selulosa sebesar 38%,hemiselulosa 25%, lignin 12% dan zat lain seperti kalsium (Ca), fosfor (P), natrium (Na), dan kalium (K) (2Nghi dkk., 2020). Makromolekul kompleks ini dapat diuraikan menjadi lebih sederhana melalui proses pengomposan. Kompos yang terbentuk nantinya dapat dikembalikan lagi ke tanah untuk melengkapi nutrisi dan meningkatkan struktur tanah.

Kompos memiliki berbagai kelebihan sekaligus kekurangan. Kelebihan dari pupuk kompos antara lain bahan baku mudah didapatkan, proses pembuatan relatif sederhana sehingga mudah dilakukan, ramah lingkungan, mengandung asam-asam organik, menyediakan makanan bagi organisme alami tanah, mengandung mikroorganisme yang dapat memperbaiki tanah, dan unsur hara yang terkandung dalam kompos dapat tertahan lama di tanah sehingga tidak mudah hilang. Sedangkan kekurangan dari kompos antara lainkandungan unsur hara lebih rendah dibandingkan pupuk kimia sehingga membutuhkan pemupukan dalam jumlah yang lebih besar, pelepasan nutrisi lebih lambat, dan kompos yang belum terurai sempurna dapat menjadi makanan bagi organisme yang tidak diinginkan.

Kerusakan tanah akibat penggunaan pupuk kimia secara berlebihan yang ditandai dengan penurunan produktivitas merupakan permasalahan nyata yang lambat laun pasti akan dihadapi oleh sebagian besar petani di Indonesia. Informasi yang dikutip dari detik.com pada Juni 2022 menyebutkan bahwa 70% lahan pertanian di wilayah Klaten dari total 30.514 hektare lahan dilaporkan rusak akibat pemakaian pupuk kimia secara terus menerus. Tidak menutup kemungkinan kerusakan ini akan merambah ke wilayah-wilayah lain di seluruh Indonesia. Peralihan penggunaan pupuk organik seperti kompos sudah seharusnya digalakkan untuk menghindari kerusakan tanah yang tak terelakkan.

bersambung ke part 2

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *