Teras Rasa

NU Rahmahtan lil ‘Alamin (Catatan pasca pilkada serentak)

Hari ini, semua daerah di Indonesia melaksanakan pilkada, mulai Sabang sampai Merauke memilih kepala daerahnya masing-masing, walikota, bupati dan gubernur. Semua sudah hampir selesai, hanya mungkin riak-riak gugatan dari calon yang merasa dirugikan akan sedikit mewarnai, setelah itu Wassalam. Hasilnya sudah final. Sepanjang catatan kami, sangat kecil sekali kemungkinan terjadi pembatalan hasil pemilihan.

Diantara calon-calon pemimpin itu tidak sedikit dari kalangan NU dan underbow-nya, baik struktural maupun kultural, pengurus maupun bukan pengurus. Karena memang sudah menjadi kewajiban NU sebagai jam’iyah untuk menghasilkan calon-calon pemimpin Indonesia.

Banyak kader yang benar-benar terbukti loyalitasnya terhadap NU, sehingga cukup mewarnai siklus kepemimpinan di Indonesia. Sangat layak dan seharusnya patut untuk disyukuri, mengapa? Karena pada masa lalu sebagaimana yang pernah diungkapkan oleh allohuyarham KH. Wahid Hasyim pada tahun 1953, “mencari seorang akademisi di dalam NU, adalah ibarat mencari tukang es pada jam 1 malam”. (Martin van Bruinessen, NU tradisi, relasi -relasi kuasa dan pencarian wacana baru, LKiS Yogyakarta 1994).

Dari hasil quick count atau perhitungan cepat malam ini beberapa daerah sudah diketahui siapa-siapa pemenangnya. Kader-kader NU tidak sedikit yang terpilih, sebagai orang 1 atau orang ke 2, wakilnya. Sekali lagi, hal itu adalah sesuatu yang sangat layak untuk kita syukuri. Kualitas kader NU nyata-nyata terakui. Semua itu adalah rahmat yang sangat besar sekaligus tantangan yang sangat besar bagi NU.

Tentang rahmat yang sangat besar, sudah jelas, bagaimana NU mampu keluar dari perekrutan pemimpin yang sifatnya darurat dengan meng-NU-kan orang di luar NU ketika negara membutuhkan kader terbaiknya.

Ketika kader-kader terbaik itu memimpin, biarkan menunjukkan kemampuan leadershipnya, segala kreativitas untuk memajukan daerahnya, tanpa melihat dari mana dia berasal. Karena walaupun sebagai kader NU, ia sudah melebur menjadi elemen daerah yang pluralis, sehingga memajukan daerah sama dengan memajukan NU.

Semoga warga NU menjadi warga yang lebih “dewasa “ tanpa merecoki pemimpin itu dengan berbagai kepentingan internal NU, yang bisa jadi mengganggu sikap berkeadilan kader-kader NU yang terpilih. Apalagi membuat mereka menjadi pemimpin yang tidak jujur, bahkan menjadi bidikan KPK akibat balas jasa suara yang memilih mereka.

Semoga warga NU menjadi warga yang lebih “dewasa “ tanpa merecoki pemimpin itu dengan berbagai kepentingan internal NU, yang bisa jadi mengganggu sikap berkeadilan kader-kader NU yang terpilih

-Imron Rosyadi-

Mari kita doakan Semoga kader-kader NU yang terpilih senantiasa menjalankan amanah dalam memimpin daerahnya. Menjadi pemimpin terbaik untuk daerah yang dipimpinnya.

Begitu bila kader NU belum terpilih, saatnya berintrospeksi agar ke depan NU bisa nenghasilkan kader yang lebih baik untuk daerah maupun negaranya

Semoga bermanfaat.

3 komentar untuk “NU Rahmahtan lil ‘Alamin (Catatan pasca pilkada serentak)”

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *