Bulan Agustus, identik dengan bulan kemerdekaan, karena bertepatan dengan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia. Di dunia Pendidikan, Indonesia menerapkan Kurikulum Merdeka sebagai bentuk transformasi di dunia Pendidikan dalam meningkatkan kualitas Pendidikan. Kurikulum ini diluncurkan pada tahun 2022, menawarkan pendekatan pembelajaran yang lebih fleksibel dan berpusat pada peserta didik. Tujuan utamanya adalah untuk mengembangkan profil pelajar Pancasila yang kompeten, berkarakter, dan berdaya saing global. Apakah Kurikulum Merdeka memberikan kemerdekaan kepada siswa dan para pendidik? mari kita ulas bersama, yang diawali dari pengertian kurikulum Merdeka.
Apa itu Kurikulum Merdeka?
Kurikulum Merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam. Dengan konten yang lebih optimal, peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Kurikulum ini memberikan keleluasaan bagi guru untuk mengembangkan materi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didiknya.
Karakteristik Kurikulum Merdeka
Pengembangan proyek: Kurikulum Merdeka mendorong pengembangan proyek yang berbasis masalah. Melalui proyek, peserta didik dapat belajar secara lebih mendalam dan menghubungkan berbagai mata pelajaran.
Fleksibilitas: Kurikulum Merdeka memberikan keleluasaan bagi sekolah dalam menyusun program pembelajaran. Sekolah dapat memilih materi yang relevan dan menyesuaikannya dengan kondisi dan sumber daya yang ada.
Berpusat pada peserta didik: Kurikulum ini lebih menekankan pada pengembangan kompetensi dan karakter peserta didik. Pembelajaran dirancang agar peserta didik aktif dalam proses belajar dan dapat mengembangkan potensi dirinya secara optimal.
Asesmen yang bermakna: Asesmen dalam Kurikulum Merdeka tidak hanya berfokus pada pengukuran hasil belajar, tetapi juga pada proses pembelajaran. Asesmen digunakan untuk memberikan umpan balik kepada peserta didik dan guru untuk perbaikan pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa kemerdekaan pada kurikulum Merdeka terletak pada fleksibilitas dalam menyusun program pembelajaran. Pada praktiknya sekolah dapat mengemas pembelajaran intrakurikuler dalam bentuk tematik atau mata Pelajaran. Hal ini berbeda dengan kurikulum 2013 yang mengharuskan pembelajaran disajikan dalam bentuk tematik. Gurupun juga dapat menyesuaikan materi yang disampaikan dengan potensi dan kearifan lokal sekolah. Capaian pembelajaran diatur dalam fase, sehingga penyelesaiannya dapat ditempuh dalam dua tahun, pengajarannyapun disesuaikan dengan tingkat capaian dan kemampuan awal siswa. Capaian awal siswa diketahui melalui asesemen diagnostik, kemudian siswa dikelompokkan berdasarakn tingkat capaian dan kemampuan yang serupa. Pada proses pembelajaran guru mengamati melalui asesmen formatif untuk menelusuri kemajuan siswa. Aktivitas yang diberikan pada siswa beragam sesuai dengan gaya belajar, level pembelajaran tidak hanya melihat dari usia dan kelasnya.
Apakah Guru juga memiliki kemerdekaan?
Wawancara kecil dilakukan pada Guru di SDN Songgokerto 03, sebagai sekolah penggerak angkatan ke 2, dengan pertanyaan apakah penerapan kurikulum merdeka lebih merdeka? “Bagi saya yang sudah mengajar puluhan tahun ( 18 Tahun), merasa kurikulum merdeka yang berubah menjadi kurikulum Nasional lebih merdeka pada pola pembelajararannya, dimana guru bebas memilih sumber belajar yang tersedia dilingkungan sekolah dan memilih materi mana yang akan disampaikan, dilihat dulu mana yang kongkrit, yang mudah disampaiakan dulu. Bahkan penerapan backword design memungkinkan guru memikirkan dulu apa asesment yang akan dilakukan, baru menentukan materi yang sesuai dengan apa yang akan diasesment tersebut”. Ucap Dewi Nawang Wulan yang merupakan Komite pembelajaran di sekolah tersebut.
Lebih lanjut Puji Astutik, sebagai pengajar kelas 1, menyatakan “ Saya suka penerapan projeknya sebagai pembelajaran kokurikuler, melalui penerapan penguatan profil pelajar pancasila atau biasa dikenal dengan P5, siswa dapat mengeksplorasi lingkungan sekolah, menyelesaikan permasalahan yang ada dan memanfaatkan potensi lokal sebagai solusi permasalahan tersebut. Pada Kurikulum merdeka, lebih mementingkan pembentukan karakter tiap siswa melalui Profil Pelajar Pancasila”. Imbuhnya. Berbeda menurut Ibu Tutik, merasa bahwa ”Kurikulum merdeka masih tetap berat di administrasi. Tuntutan membuat modul masih cukup memberetkan seolah membuat buku, keluhnya. Untungnya pemerintah sudah menyediakan aplikasi PMM ( Plathform Merdeka Mengajar), yang memiliki banyak fitur yang memudahkan dan mengefektifkan kinerja guru. Banyak tersedia ide praktik pembelajaran, modul ajar, modul projek, pelatihan mandiri. Semua fitur tersebut sangat bermanfaat, tinggal bagaimana guru dapat mengatur waktu sehingga dapat mengerjakan tugas sekolah, pelatihan mandiri di PMM, dan tugas di keluarga masing-masing” Ujar Bu Tutik sambil tersenyum.
Kemerdekaan kurikulum merdeka dapat dirasakan para guru dan siswa, jika penerapan kurikulum merdeka sesuai dengan pedoman yang berlaku dan bagaimana mindset atau pola pikir guru dalam penerapan kurikulum tersebut
Kemerdekaan kurikulum merdeka dapat dirasakan para guru dan siswa, jika penerapan kurikulum merdeka sesuai dengan pedoman yang berlaku dan bagaimana mindset atau pola pikir guru dalam penerapan kurikulum tersebut. Ayo para pendidik, merdeka dalam menerapkan kurikulum merdeka.