
4. PEMODELAN GEOMETRIS : Simfoni Ontologis Dua Kutub Satu Keutuhan
Transendensi dan imanensi adalah dua kutub fundamental dalam relasi antara Kebenaran dan Realitas. Transendensi adalah fungsi dari durasi-waktu: ia senantiasa menyertai namun berada di luar kendali dan jangkauan kita. Sebaliknya, imanensi adalah fungsi dari jarak-ruang: ia lebih dekat daripada yang tampak, dan hadir dalam arah hadapan kita.
Aspek | Imanensi | Transendensi |
Arah Gerak | Dari pusat menuju horizon | Dari horizon menuju pusat |
Geometris | Null Horizon (limit to infinity) | Null Point (limit to zero) |
Sifat Ketuhanan | Keintiman – “bersama kamu” | Keagungan – “tak serupa dengan apa pun” |
Al-Asma’ al-Husna | Al-Khaaliq, Al-Qariib | Al-Faathir, Al-A’laa |
Ayat Kunci | QS. 2:115, QS. 50:16 | QS. 42:11, QS. 57:4 |
Realitas vs Kebenaran | Realitas, perwujudan partikular | Kebenaran sebagai kesatuan makna |

Jika durasi (waktu) dan jarak (ruang) dianggap sebagai dua jari-jari dari sebuah lingkaran eksistensial, maka Realitas dapat diekspresikan melalui geometri null horizon—titik-titik tak terhingga yang berada di sepanjang keliling lingkaran—sementara Kebenaran diekspresikan melalui geometri null point—titik batas menuju pusat absolut dari lingkaran.
Model geometris ini menawarkan kerangka simbolik yang memadukan pemahaman ruang dan waktu dengan aspek metafisik Kebenaran (Al-Haqq) dan manifestasi Realitas (Al-Haqiiqah). Relasi ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
- Null Point – Limit menuju nol ruang (Awwal) QS. 50:16 – “Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.”. Titik ini merepresentasikan awal mutlak, tempat asal seluruh eksistensi. Ia adalah penyingkapan Diri sebagai Al-Khāliq, Sang Pencipta, yang menciptakan obyek dari kehampaan. Di sini, ruang belum tercipta dalam bentuk terpisah; segala sesuatu bersumber dari kesatuan.
- Null Horizon – Limit menuju tak terhingga ruang (Akhir) QS. 2:115 : “Maka kemanapun kamu menghadap, di sanalah wajah Allah.” . Di sepanjang horizon ini, ruang menjadi medan pertemuan antara pencipta dan ciptaan, antara subjek dan objek. Ia adalah medan cermin, di mana Al Haqq menampakkan diri sebagai wajah—refleksi kehadiran dalam setiap arah dan wujud.
- Null Horizon – Limit menuju tak terhingga waktu (Zhāhir)
QS. 57:4 : “Dan Dia bersama kamu di mana pun kamu berada.”. Ini adalah medan imanensi: kehadiran yang berlapis dan tak terelakkan. Seperti cahaya yang tak terpisah dari pantulan warnanya, Al-Khāāliq hadir dalam segala sesuatu, namun tidak larut ke dalamnya. Ia terlihat namun tak tersentuh—manifes tanpa menjadi bagian. - Null Point – Limit menuju nol waktu (Bāthin) QS. 42:11 : “Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya.”. Ini adalah titik esoterik dari transendensi absolut. Ia adalah Al-Fāāṭir, Sang Pemula, subjek murni yang tidak bisa disamakan dengan segala persepsi atau pemahaman. Ia adalah yang Esa, tak terukur, tak terwakili.
Istilah null di sini digunakan untuk menunjukkan kondisi batas (limit)—titik-titik ekstrem dari ruang dan waktu, di mana akal dan intuisi mengalami kejenuhan dalam memahami Yang Mutlak.
- Null Point (limit to zero) mencerminkan dimensi transendensi, di mana Al Haqq hadir sebagai yang lebih dekat dari urat leher, namun sekaligus tak serupa dengan apa pun. Ia melampaui keberadaan, menjadi pusat diam dari segala putaran eksistensi.
- Null Horizon (limit to infinity) menggambarkan medan imanensi, di mana Al Haqq hadir dalam segala wujud tanpa larut di dalamnya—sebagai wajah dan kehadiran yang menyertai.
Secara metaforis, null horizon adalah batas keliling yang tak hanya memisahkan pusat dan tepi lingkaran, tetapi juga menghubungkan pusat satu lingkaran dengan keliling lingkaran lain—merepresentasikan hubungan antar dimensi, antar pengalaman, dan antar makna dalam sistem realitas berlapis.
5. Konvergensi Kedua Wajah
Imanensi dan transendensi bukan dua kekuatan yang bertentangan, melainkan dua poros dialektis yang bergerak menuju titik temu: ketundukan ontologis. Ketika Realitas berhenti mencari dan Kebenaran berhenti membuktikan, keduanya bertemu dalam keberserahdirian (taslim) kepada asal-muasal keberadaan: Al-Khaaliq dan Al-Faathir—Dia yang mencipta dan memancarkan eksistensi dari ketiadaan.
Dalam pertemuan ini, kita tidak lagi membedakan mana cermin dan mana pantulan, mana pusat dan mana horizon, mana diri dan mana wajah. Kita mendapati diri berada dalam ruang suci null geometry—suatu koherensi antara jejak dan asal, antara jalan dan tujuan.
Kesimpulan Konseptual
Model ini tidak dimaksudkan sebagai pemetaan empiris, melainkan sebagai kerangka kontemplatif-geometris untuk merefleksikan hubungan antara yang absolut (Kebenaran) dan yang aktual (Realitas). Dengan memadukan tafsir Al-Qur’an, geometri konseptual, dan metafisika transendental, pendekatan ini mengajak kita untuk merenungi bahwa memahami realitas bukanlah semata tentang mengetahui dunia, tetapi juga tentang mendekati pusat dari segala makna—Al-Haqq yang memantulkan Diri-Nya dalam setiap batas dan kemungkinan.
سَبَّحَ لِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۚ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ . لَهٗ مُلْكُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۚ يُحْيٖ وَيُمِيْتُۚ وَهُوَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. هُوَ الْاَوَّلُ وَالْاٰخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُۚ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ
Apa yang ada di langit dan di bumi bertasbih kepada Allah. Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Milik-Nyalah kerajaan langit dan bumi. Dia menghidupkan dan mematikan. Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dialah Yang Maha Awal, Maha Akhir, Maha Zahir, dan Maha Batin.709) Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.
ilustrasi cermin resonansi : https://www.youtube.com/watch?v=C-V1uXeyGmg ; ilustrasi transformasi osilatif realitas dan kebenaran dalam ilusi optik melalui moire pattern : https://www.youtube.com/watch?v=0NbjqkLay7Q&list=PLoMQCdg-XPNANU9M2p0uS_TImjFCoYnYt&index=3
Ilustrasi cermin resonansi : https://www.youtube.com/watch?v=C-V1uXeyGmg. Ilustrasi osilasi realitas dan kebenaran dalam ilusi optik menggunakan moire patern : https://www.youtube.com/watch?v=0NbjqkLay7Q&list=PLoMQCdg-XPNANU9M2p0uS_TImjFCoYnYt&index=3
Apakah ada contoh praktis yang dapat dipakai untuk melatih kesadaran terhadap kedua kutub ini?
perlu agak bersabar dulu, mungkin setelah 4 tulisan mendatang. karena seri tulisan ini memang tidak ditujukan untuk memberi petunjuk, tetapi kerangka kontemplatif meletakkan segala sesuatu sebagaimana proporsi segala sesuatu itu sendiri dalam dirinya; Ini menempatkan ketidaktahuan justru sebagai kekuatan untuk mencapai pengetahuan; ketundukan ontologis yang menjadi teraktifasi semata karena adanya perintah di setiap medan kejadian dan medan kehadiran
pertanyaan anda adalah sebentuk aktivasi, keterbukaan (inklusifitas) adalah contoh paling praktis dari kerangka berpikir di atas.