
Setelah sukses meluncurkan novel Loversation, novelis muda berbakat, Valerie Patkar kembali menghadirkan novel yang menyentuh emosi, Logika Asa. Sebuah narasi tentang pergulatan batin, impian, dan pencarian jati diri. Ini bukan sekadar narasi cinta anak remaja yang berlalu begitu saja. Tidak. Tetapi sebuah refleksi sosial tentang keindahan, ekspektasi, dan beban identitas yang ditentukan orang lain. Dengan berbagai sentuhan filosofis yang tajam, buku ini berupaya membangun sebuah perenungan atas tubuh, eksistensi, dan perjuangan manusia dalam menemukan kedamaian dengan dirinya sendiri.
Tubuh: Privilege dalam Luka yang Tak Terlihat
Dalam halaman-halaman Logika Asa, Valerie Patkar mengenalkan kita kepada karakter tokoh bernama Milly dan Dion. Milly, seorang beauty creator sekaligus funeral make-up artist, tumbuh dengan ketidakpercayaan diri akan fisiknya. Dia berusaha menjadi cantik menurut standar sosial: mencatok rambut, memakai riasan tebal, dan menjalani diet ekstrem. Di sisi lain, Dion, seorang pewaris konglomerasi yang dibebani harapan keluarga, berjuang mencari kebebasan dalam hidupnya.
Kisah mereka mencerminkan betapa tubuh bukan sekadar wadah fisik, tetapi juga entitas sosial yang dipolitisasi. Perjuangan Milly untuk diterima dan Dion untuk menemukan jati diri menyingkap dilema manusia modern: bagaimana kita dipaksa untuk memenuhi ekspektasi eksternal, sementara pada saat yang sama juga merindukan kebebasan personal. Keduanya mengingatkan kita perdebatan panjang manusia tentang artikulasi tubuh, perdebatan yang telah dimulai sejak era Yunani Kuno. Dimana filsafat telah menyoal tubuh sebagai bagian dari eksistensi manusia.
Satu aspek yang juga menarik dari novel ini adalah pembahasannya tentang privilege dan perundungan (bullying). Milly, notabene berasal dari keluarga yang memberikan perlakuan Istimewa padanya sebagai anak perempuan satu-satunya. Namun, justru karena itu, ia menjadi sasaran kebencian kakak-kakaknya. Melalui Milly, pembaca diajak merenung sejanak, apa makna kebahagiaan yang sebenarnya? Apa kebahagiaan bisa diraih dengan kelebihan harta dan status sosial?
Sementara Dion, yang tampak memiliki segalanya, justru merasa dikekang oleh harapan besar keluarganya. Valerie Patkar telah menunjukkan bahwa privilege bukan sekadar keuntungan material. Sebaliknya bisa menjadi beban psikologis. Tragedi Milly dan Dion, tak ubahnya filsafat eksistensialisme Sartre, bahwa manusia bukan hanya “ada” tetapi juga “menjadi” berdasarkan pilihan dan kesadarannya masing-masing. Dan Milly dan Dion adalah representasi dari individu yang berusaha menegosiasikan kebebasan dalam tekanan sosial.
Logika Asa, Eksistensi, dan Harapan
Dilihat dalam kajian sastra, novel ini mengadopsi struktur narasi yang cukup mengalir dengan dialog yang intens. Valerie Patkar memiliki kekuatan dalam menuliskan kalimat-kalimat yang puitis dan menggugah. Kutipan seperti “Tentang wajah yang tidak pernah mereka suka, dan penghargaan yang tidak pernah membuat mereka bangga” menjadi semacam mantra yang merangkum keseluruhan tema novel ini.
Secara struktur, novel ini tidak menghadirkan kejutan besar dalam alur, tetapi kekuatannya terletak pada eksplorasi emosi karakter yang begitu mendalam. Hubungan Milly dan Dion tidak didasarkan pada romansa klise, tetapi pada pemahaman akan luka masing-masing. Ini membuat novel ini lebih dekat dengan realitas psikologis ketimbang sekadar kisah cinta yang manis.
Meskipun menghadirkan refleksi mendalam, ada beberapa aspek dalam novel ini yang terasa kurang dieksplorasi. Salah satunya adalah kedalaman analisis terhadap tubuh sebagai ruang perlawanan. Milly yang akhirnya berhasil “menjadi cantik” masih bergulat dengan ketidakpuasannya, tetapi novel ini tidak cukup mengupas kritik terhadap standar kecantikan yang menindas. Apakah Milly benar-benar berdamai dengan dirinya atau hanya menemukan bentuk lain dari penerimaan sosial? Ini adalah pertanyaan yang dibiarkan terbuka.
Dan Dion, meski digambarkan dengan karakter yang berusaha melawan ekspektasi keluarganya, tetap berada dalam bayang-bayang privilese. Ini tidak cukup menantang gagasan bahwa kebebasan sejati sering kali lebih mudah diraih oleh mereka yang memiliki modal sosial dan ekonomi. Konflik Dion lebih bersifat internal, sementara kritik sosialnya masih bersifat implisit.
Terlepas dari itu semua, sebagai bagian dari seri Dunia Loversation, Logika Asa mengundang refleksi mendalam tentang tubuh, identitas, dan perjuangan untuk menemukan kebahagiaan. Dengan gaya bahasa yang santai, indah dan penuh makna, Valerie Patkar tidak hanya berhasil mengajak pembaca mempertanyakan standar kebahagiaan, tetapi juga tentang keberhasilan yang selama ini kita yakini.
Dus, novel ini mengajarkan bahwa mencintai diri sendiri bukanlah tujuan akhir, melainkan perjalanan yang masih dan terus berlangsung. Dalam dunia yang penuh ekspektasi, keberanian untuk berbeda, setia pada diri sendiri tidak membandingkan dengan orang lain adalah bentuk perayaan yang sesungguhnya. Sesuatu yang dapat membuat kita merasa insecure. Logika Asa bukan hanya kisah cinta, tetapi juga penghormatan terhadap tubuh, asa, dan perjalanan eksistensial manusia.
Judul: Logika Asa
Penulis: Valerie Patkar
Penerbit: Bhuana Sastra
Tanggal Terbit: 1 Januari 2024
Tebal: 364 Halaman